Bocah asal Stockport, Greater Manchester, itu meninggal 27 jam setelah merasakan gejala sakit di tubuhnya. Dokter meyakini bahwa ia menderita suatu reaksi langka terhadap virus tertentu, sehingga mengakibatkan otaknya membengkak.
Di tengah upaya dokter menyelamatkan nyawa Giovannini, orangtuanya bersiap menghadapi hal terburuk. Dokter telah memberi peringatan mengenai kondisi Giovannini yang kemungkinan besar tak akan dapat terselamatkan.
Menyadari harapan hidup putranya tipis, orangtuanya mulai berpikir untuk mendonorkan organ putranya. "Kami ingin sesuatu yang positif di akhir hidup Giovannini," kata Renzo, ayah Giovannini, seorang konsultan keuangan, seperti dikutip Telegraph.
Kekhawatiran dokter terjadi. Hanya sehari menjalani perawatan di rumah sakit, Giovannini meninggal dunia. Empat organnya segera diangkat untuk disumbangkan kepada empat pasien kritis yang tengah menanti donor.
Dua balita berusia dua tahun dan dua pasien dewasa menjadi penerima donor organnya. Satu balita laki-laki. Satu balita perempuan. Satu wanita 35 tahun. Satu pria 34 tahun. "Giovannini telah melakukan hal besar dalam hidupnya yang singkat," kata Renzo.
"Kami berikan organ-organ Giovannini dengan cinta, terutama untuk gadis cilik yang menghadapi maut jika tak segera dapat donor. Dua balita yang mendapat donor tak pernah keluar dari rumah sakit, semoga mereka mendapat kesempatan hidup lebih lama," tuturnya.
sumber: vivanews.com