Kesimpulan ini didasarkan analisis data nasional di Amerika Serikat yang mendaftar 500.000 kasus serangan jantung pertama kali dari tahun 1994 hingga 2006.
Selama dirawat inap di rumah sakit, dokter mencatat faktor-faktor risiko standar penyakit jantung pada pasien seperti tekanan darah tinggi, kolesterol, diabetes, merokok, dan riwayat penyakit jantung dalam keluarga.
Di antara semua pasien, lebih dari 85% di antaranya memiliki setidaknya satu faktor risiko dan banyak di antaranya mendapat serangan jantung pertama pada usia yang lebih muda. Di antara jumlah tersebut, sebanyak lebih dari 50.000 pasien meninggal di rumah sakit.
Penelitian ini menemukan bahwa pasien bukan perokok yang tidak menderita diabetes, kolesterol tinggi, dan tinggi tekanan darah atau tanpa memiliki riwayat penyakit jantung dalam keluarganya, ternyata 50% lebih mungkin meninggal di rumah sakit dibandingkan dengan orang yang memiliki tanda-tanda penyakit jantung.
Sebagai perbandingan, 1 dari 7 orang tanpa tanda-tanda peringatan penyakit jantung meninggal setelah menderita serangan jantung. Angka ini lebih besar jika dibandingkan dengan 1 dari 28 pasien yang memiliki semua faktor risiko penyakit jantung.
Peneliti juga mencatat bahwa pasien dengan faktor risiko penyakit jantung juga lebih mungkin mendapat obat atau menjalani operasi jantung dalam 24 jam pertama dirawat di rumah sakit.
"Setelah disesuaikan dengan usia dan faktor-faktor kesehatan lainnya, ada hubungan terbalik antara jumlah faktor risiko penyakit jantung koroner dengan tingkat kematian di rumah sakit," kata pemimpin penelitian, Canto Yohanes seperti dilansir Health24.com, Jumat (18/11/2011).
Peneliti mengatakan bahwa satu penjelasan yang masuk akal adalah orang yang sudah mengetahui penyakit jantungnya akan menjalani pengobatan untuk melindungi tubuhnya setelah terkena serangan jantung.
"Masyarakat benar-benar perlu mengidentifikasi faktor-faktor risiko sehingga berpotensi dapat diobati. Perawatan akan meningkatkan kesehatan pasien," pungkas Canto.
sumber: detikhealth.com